oleh : Wandi Adiansah
Gemah ripah loh jinawi
Sebuah semboyan bangsa
yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Sebuah kalimat sederhana
namun memiliki arti dan makna yang luar biasa. Sebuah ungkapan yang
menggambarkan bumi pertiwi Indonesia. Sebuah semboyan yang akan mengantarkan
kita pada kesadaran akan kekayaan potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Kekayaan
yang akan membawa kemakmuran, ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian bagi
masyarakat seutuhnya. Namun disisi lain semboyan tersebut hanyalah sebuah
rangakaian kata-kata semata jika kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia
tidak mengimplementasikannya secara nyata. Kekayaan yang melimpah tersebut
tentu menunggu untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh tangan-tangan dingin
anak bangsa. Dibutuhkan sebuah komitmen, pengabdian, semangat serta kerja keras
untuk mengelola kekayaan tersebut guna dimanfaatkan untuk kemajuan serta masa
depan bangsa.
Sebagai generasi muda
rasanya kitalah yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa. Kemudian
yang menjadi pertanyaan adalah dengan cara apa kita melakukannya ? Sebagai
jawaban dari pertanyaan tersebut, kewirausahaan adalah langkah nyata yang dapat
kita lakukan untuk memajukan bangsa. Menurut Ciputra, seperti yang dikutip dalam
Kewirausahaan Suatu Pengantar karangan Hery Wibowo kewirausahaan adalah
kemampuan untuk merubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Definisi ini tentu
saja sangat filosofis dan mendalam. Kotoran atau rongsokan dalam hal ini
seringn diidentikkan dengan hal-hal yang tidak berguna dan siap untuk dibuang. Sedangkan
emas, adalah objek yang menunjukkan harga diri tinggi, kemewahan dan
kesuksesan. Kemampuan entrepreneur adalah membuat hal yang hampir dibuang,
menjadi hal yang sangat dibanggakan dan disimpan abadi.
Berdasarkan definisi
diatas kita dapat melihat bahwa kewirausahaan mampu melihat masalah sebagai
peluang. Merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Melihat sesuatu
yang sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa. dari hal tersebut dapat kita
lihat bahwa pola pikir seorang wirausaha sangatlah berbeda dengan pola pikir
kebanyakan orang. Seperti yang dikutip dari pernyataan Hery Wibowo dalam
bukunya Kewirausahaan Suatu Pengantar, bahwa paling tidak ada dua hal yang
mendasari kewirausahaan yaitu pola pikir (mindset) dan pola tindak (method). Sebagai
mindset, kewirausahaan mewakili pola pikir, asumsi dasar, nilai atau yang
mendasari pemikiran kita. Mindset wirausaha dalam hal ini adalah pola pikir
positif, pantang menyerah, selalu berusaha melihat peluang. Selanjutnya,
sebagai metode (method), tentu saja aktivitas wirausaha memiliki
langkah/cara/strategi tertentu untuk dapat sukses (tidak terlalu mudah gagal). Secara
umum, metode ini dibagi menjadi dua, yaitu business content (jenis
bisnisnya/produk/barang), dan business context (yaitu perangkat bisnisnya,
mulai dari manajemen keuangannya, pemasaran, sdm, dll). Menurut Hery Wibowo,
pola pikir yang selama ini kita pegang/pelihara menjadi potensi awal dari perilaku
kita. Apakah dia akan membawa kita pada kondisi memberdayakan (empowering) atau
sebaliknya melemahkan/membatasi (disempowering/limiting). Begitupula dengan mindset
lebih diarahkan pada sesuatu yang dapat kita raih (kita punya kendali untuk memilikinya).
Jadi, tidak pada tempatnya menyalahkan sesuatu diluar diri kita (lingkungan,
keluarga, teman) untuk urusan mindset. Artinya, kita bertanggung jawab atas
mindset kita sendiri.
Mindset atau pola pikir
seorang wirausaha melibatkan 10 kualitas, menurut Neal Thornberry kesepuluh
mindset wirausaha tersebut yaitu :
- Memiliki locus of control internal (istilah yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana seseorang berpikir tentang kendali hidupnya “kita adalah pusat kendali”).
- Memiliki toleransi untuk ambiguitas (seorang wirausaha memiliki toleransi unutk berbuat berbeda dan melanggar hal-hal yang dianggap pakem).
- Kesediaan untuk mengaji orang lebih cerdas dari dirinya (sadar akan kelebihan dan potensi yang dimilikinya serta sadar akan kelemahan yang ada pada dirinya).
- Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal (kreativitas sangat dibutuhkan dalam sebuah bisnis, hal ini bertujuan agar daya tahan bisnis yang dijalankan terhadap persaingan menjadi semakin kuat).
- Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan (inilah mata elang wirausaha “mampu melihat peluang dan berani mengambil tindakan untuk menangkapnya”).
- Rasa urgenitas yang tinggi (hal ini berkaitan dengan inovasi didalam sebuah bisnis).
- Perseverance (usaha untuk menemukan ide baru dan berusaha utuk mematangkan dan mewujudkan ide tersebut).
- Reselience (hidup adalah sebuah perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan bangun setelah terjerembab oleh kerasnya kehidupan).
- Optimis (keyakinan bahwa tujuan akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri).
- Rasa humor tentang diri sendiri (rasa besar hati).
Berdasarkan penjelasan
diatas, terlihat bahwa terminologi kewirausahaan bukan hanya sebatas aktivitas
bisnis belaka, namun juga mencakup sikap, karakter, antusiasme dan pola pikir. Tidak
hanya dapat digunakan dalam dunia wirausaha namun spirit ini juga sangat
penting dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik itu untuk para
pegawai ataupun untuk kita para pelajar dan mahasiswa. Spirit inilah yang oleh oleh
Hery Wibowo dalam http://innovation-thinking.blogspot.com/
disebut sebagai intrapreneur, yaitu semangat entrepreneur yang
diimplementasikan dalam domain pegawai atau domain lain dalam kehidupan
sehari-hari yang menuntut agar apa yang dilakukan selalu mendapatkan hasil
terbaik.
Menurut Ciputra seperti
yang dikutip dalam Kewirausahaan Suatu Pengantar, kegiatan kewirausahaan dapat
dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
- Business entrepreneur (pola wirausaha umum).
- Goverenment entrepreneur (memasukan jiwa kewirausahaan kedalam kerangka pelayanan publik).
- Academic entrepreneur (para pendidik yang mengajarkan dan mendorong lahirnya entrepreneur).
- Social entrepreneurship (terminologi ini mencakup mulai dari gerakan individu yang mencoba membuat perbedaan sampai ke aktivitas dari organisasi nonprofit yang mewirausahakan dirinya dengan mengambil pelajaran dari dunia bisnis).
Dari ke empat jenis kewirausahaan
tersebut yang akan menjadi sorotan utama dalam tulisan ini adalah Social
Entrepreneurship atau kewirausahaan sosial. Hery Wibowo (dalam http://innovation-thinking.blogspot.com/)
mendefinisikan kewirausahaan sosial sebagai sesuatu yang tidak sederhana
mengingat sebuah kewirausahaan sosial itu sendiri melingkupi sebuah gerakan,
semangat dan aktivitas yang luas.
Kewirausahaan sosial adalah
sebuah gerakan bottom up yang dilakukan yang dilakukan demi memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang belum dapat dipenuhi atau disediakan oleh pemerintah. Gerakan
ini bukan bertujuan untuk mengambil alih peran pemerintah dalam penyediaan
sumber kebutuhan, justru gerakan ini membantu atau bahkan dapat berkolaborasi
dengan pemerintah untuk menyediakan sumber kebutuhan masyarakat. Selain itu gerakan
kewirausahaan sosial juga merupakan gerakan dengan semangat inovasi dan
perubahan. Ide-ide baru yang out of the
box disinergikan dengan peluang-peluang
dan sumber daya yang ada. Terminologi kewirausahaan sosial ini sangat erat
kaitannya dengan semangat berbisnis dan semangat filantropi. Dengan kata lain
kewirausahaan sosial adalah aktivitas bisnis yang dilakukan untuk menciptakan
manfaat sosial.
Aktivitas kewirausahaan sosial ini sangat efektif dan
telah terbukti membantu meyelesaiakn berbagai permasalahan sosial yang ada di
Indonesia. Dewasa ini berbagai gerakan kewirausahaan sosial bermunculan di
berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah gerakan kewirausahaan sosial
yang dikembangkan oleh Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UNPAD. Melalui mata
kuliah kewirausahaan sosial, mahasiswa dituntut untuk membuat satu gerakan yang
bertujuan untuk menciptakan sebesar-besarnya manfaatan sosial bagi sebanyak-banyaknya
orang. Dengan ide-ide baru serta inovasi dan kreativitas yang dimiliki oleh
para mahasiswa, lahirlah gerakan-gerakan kewirausahaan sosial yang bergerak diberbagai
bidang seperti konsultasi remaja, gerakan membaca, olahraga, lingkungan hidup,
dll.
Dalam menjalankan sebuah aktivitas kewirausahaan
sosial, diperlukan habitus kewirausahaan sosial. Habitus adalah sesuatu yang
melekat pada diri individu. Habitus dibentuk oleh pengalaman selama menjalani
kehidupan, interaksi sosial, pendidikan dan lain-lain. Habitus yang melekat
tersebut kemudian berkembang sejalan dengan tumbuh kembangnya dan menjadi
filter/asumsi dasar yang melekat padanya. Habitus kewirausahaan sosial disini
adalah pemikiran tentang praktik kewirausahaan sosial, yang dimulai dari
"rasa-olah pikir-pengalaman hidup-empati' tentang kehidupan, masalah
sosial, keinginan untuk menjadikan kehidupan jauh lebih baik dan lain-lain.
Pada konteks kewirausahaan sosial, terdapat tiga istilah yang saling berkaitan yaitu social enterpreneurship, social enterpreneur dan social enterprise. Social entrepreneurship seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu sebuah tindakan kreatif, menggunakan sumber daya yang tersedia
untuk mengasilkan manfaat sosial. Social entrepreneur adalah individu yang
menjalankan aktivitas kewirausahaan sosial. Sementara social entreprise
merupakan lembaga yang mewadahi gerakan kewirausahaan sosial.
Dalam Kewirausahaan
Suatu Pengantar karangan Hery Wibowo terdapat sebuah bab yang menurut saya
cukup menarik yaitu bab mengenai kewirausahaan dan pengembangan diri. Dalam bab
ini dijelaskan kaitan antara kewirausahaan dengan pengembangan diri. Menurut Hery
jika kegiatan wirausaha dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka akan berpotensi
mendorong kita memiliki :
- Kualitas berpikir apresiatif,
- Kemampuan menentukan tujuan,
- Berperasaan positif.
Arus globalisasi
yang membawa perkembangan yang semakin pesat telah membawa dampak positif
maupun negatif. Namun disisi lain sebagai seorang wirausahawan kita hendaknya
kita memandang perkembangan globalisasi tersebut sebagai peluang emas untuk
membuat suatu gerakan kewirausahaan. Dengan semakin terbukanya pasar bebas dan
semakin besarnya daya beli masyarakat telah memberikan peluang yang lebar bagi
seorang wirausaha untuk mengepakkan sayapnya. Selain itu juga semakin banyaknya
fasilitas-fasilitas premium dan melimpahnya sumber daya alam di Indonesia dapat
kita manfaatkan sebagai peluang bisnis. Dengan sentuhan kreativitas dan inovasi
peluang-peluang tersebut dapat kita manfaatkan menjadi sesuatu hal yang luar
biasa.
START SMALL, THINK BIG AND ACTION NOW
Daftar
Pustaka :
Wibowo, Hery. 2011. Kewirausahaan
Suatu Pengantar. Bandung: Widya Padjadjaran.
WANDI
ADIANSAH / 170310120048